Keahliannya dalam mengelolah kebun keluarga, tidak tertandingi, Nenek Lou. dia bekerja di keluargaku sebelum saat depresi besar Amerika, banyak pengangguran, harga saham berjatuhan, kehidupan yang sangat sulit pada masa itu. tiap kali mampir ke rumah setelah pensiun, dia selalu membawakan bingkisan berupa 1 kantong yang berisi macam macam benih, hasil pemuliaannya sendiri, masing masing anak medapat benih yang berbeda beda. untuk ke 3 kakak ku, diberikan benih yang gampang tumbuh (kacang hijau, jagung dll) untuk aku, selalu diberikan benih yang lebih sulit untuk menumbuhkan atau memeliharanya. Pada saat kakak ku menikah, Nenek Lou delapan puluh empat tahun, memberikan hadiah setoples penuh berisi bijih bijihan, degan gradasi warna yang menarik, ditutup dengan tutup kuningan dan diberi pita. Pada saat pernikahanku, Nenek Lou terkena stroke, tidak seperti pernikahan kakak kakak ku, aku mendapat hadiah stoples benih dengan benih, yang tidak beraturan, bahkan penutupnya pun berkarat, dan jelas bukan stoples baru, tapi aku sangat bersyukur, Nenek Lou dengan kondisi nya masih mengingat aku. Setelah pernikahan, suamiku mendapat pekerjaan dikota, hingga kami tinggal diapertemen kecil, yang tidak memungkinkan untuk berkebun. Stoples benih, aku letakkan di tengah ruangan, untuk mengingat Nenek Lou, yang meninggal setelah anakku lahir. Saat anak mulai besar, aku pindahkan stoples tersebut diatas lemri es, agar jauh dari jangkauan anak anak, supaya tidak pecah. Tanpa terasa, anak anak ku sudah berumah tangga, aku dan suamiku, mulai memikirkan untuk tinggal dipinggir kota, agar suamiku bisa memancing di sungai dan aku bisa berkebun. Rencana tinggal rencana, tahun berikutnya suamiku dianiaya pria pemabuk dan mengalami kelumpuhan dari leher kebawah. Tabungan kami telah habis, untuk fisioterapi, hasilnya Mark mampu menggerakkan tangganya sedikit, untuk keperluan sehari hari masih memerlukan bantuan perawat. Aku kehabisan daya, putus asa, dengan badan Mark yang dua kali lebih besar dari badanku, aku membayangkan kesulitan yang aku hadapi saat nanti Mark kembali ke rumah dari rumah sakit. jangankan untuk membayar suster penuh waktu, untuk suster yang paruh waktu pun, aku sudah tidak mampu. Kakak perempuan ku, yang tinggal tidak jauh, mendatangiku tiap hari, menawarkan tabungannya yang tidak seberapa, bahkan meminta kami pindah ke rumahnya, agar dia dapt membantu ku, mengurus Mark. tetapi aku tahu harga diri Mark, akan menghalanginya menerima usul tersebut. Saat dia datang ke rumah, kakakku membawakan makanan, aku tidak selera makan sama sekali. aku meminta tolong untuk membantu mencuci perabot makan dan menyimpan makanan yang tidak habis dimakan di lemari es. waktu menutup pintu lemari es dengan agak keras, stoples yang kutaruh diatasnya bergetar, Jenny berpaling ke sumber suara tersebut, "Apa ini?" tanya nya. "Oh, itu kan stoples benih dari Nenek Lou" "Maksudmu, kau belum pernah membukanya?" "Belum punya tanah yang luas, untuk berkebun, kukira" Jenny, mengambil stoples itu, setengah menyeret, ia membawaku ke meja makan, perlu tiga kali mencoba sampai akhirnya terbuka stoples itu, langsung ditumpahkannya isi stoples tersebut di meja, benih berhamburan kemana mana. "Apa apa an Kau?" seruku sambil tergoph goph memunguti nya, tiba tiba diantara tumpukan benih yang berwarna kecoklatan, tampak sebuah amplop yang kertasnya sudah menguning karena tua, Jenny mengambilnya dan menyerahkannya kepadaku. "Bukalah", katanya sambil tersenyum, didalamnya aku menemukan lma sertifikat saham, yang masing masing tertulis untuk seratus saham, ketika membaca nama perusahaan yang tertulis disitu, kami terbelalak karena takjub. "Bisakah kau membayangkan berapa nilai saham-saham ini sekarang?" tanya nya Aku meraup benih diatas meja, menciumnya, dan dalam hati aku mengucapkan terima kasih kepada Nenek Lou. Tidak hanya benih untuk berkebun yang diwariskannya kepada kami, tetapi juga kasihnya yang tak terhingga didalam stoples benih tersebut. Disarikan dari : "Dee Berry" Chiken Soup For The Soul 5 Sudahkah kita disini, seperti Nenek Lou? Nenek Lou, bisa saja adalah diri kita sendiri, untuk masa pensiun nanti, atau kita wariskan kepada anak, atau apabila kita sebagai anak, sepuluh atau duapuluh tahun lagi, untuk menunjang masa tua..., persiapan anak masuk perguruan tinggi... kalau tidak sekarang, kapan lagi...đ Tetap semangat, Ternak Saham untuk "Big Why" #ternaksaham
